4 Jenis Social Commerce Yang Lagi Nge-hits

Jenis Social Commerce

Di artikel sebelumnya, kita sudah ngebahas social commerce secara umum yaitu penggunaan media sosial sebagai platform belanja. Yang menarik dari social commerce adalah kita bisa ngebagiin informasi dan pengalaman belanja kita ke teman, dari sebelum membeli sampai setelah membeli.

Sederhananya, social commerce ini merupakan pemasaran dari mulut ke mulut dengan pengembangan yang lebih modern.

Social Commerce dibagi lagi jadi 4 jenis, guys. Mau tau apa aja tuh 4 jenisnya? Yuk simak bareng-bareng.

1) Community Buying

Proses belanja pada jenis social commerce yang pertama ini biasanya dimulai orang yang paling berpengaruh dalam suatu komunitas atau dalam 1 lingkungan, guys. Si pemimpin biasanya udah  tau apa yang dibutuhkan oleh anggota komunitas atau orang-orang sekitarnya, lalu pemimpin mengumpulkan orang-orang tersebut untuk beli bareng dan bahkan nabung bareng.

Mereka tuh biasanya bakalan komunikasi satu sama lain pake WhatsApp atau LINE untuk beli dan jual. Pemimpin komunitas akan pesan orderan orang-orang dalam jumlah besar atas nama mereka semua.

Alih-alih ngirim ke setiap orang, barang pesanan akan dikirim ke pemimpin komunitas. Setelah pesanan tiba, setiap orang akan datang ke pemimpin komunitas untuk mengambil pesanan mereka masing-masing.

Mungkin Anda tertarik; Cara menaikkan ranking website di Google

2) Group Buying

Kalau di jenis Group Buying ini, orang-orang akan cari apa yang mereka mau beli. Setelah mereka melakukan pembelian di platform social commerce, mereka dapat nge-share pembeliannya ke group yang dimiliki.

Cara kerjanya tuh biasanya orang yang udah beli 1 barang ngirim link undangan ke teman-teman mereka untuk membeli produk dengan harga pembelian kelompok yang  jauh lebih murah daripada harga normal.

Jenis social commerce ini lebih memanfaatkan kekuatan kata-kata dengan pemasaran dari mulut ke mulut, karena orang-orang punya kecenderungan lebih percaya dan mau untuk ngebeli apa yang direkomendasikan teman terpercaya mereka.

Baca juga: E-commerce vs. Social Commerce: Lebih Enak Belanja Online Dimana, Ya?

3) Content Driven

Jenis content driven ini biasanya dapat kita lihat dari platform belanja yang dimulai dari “shopping notes” pengguna yang banyak dan merinci setiap aspek pengalaman produknya.

Jenis ini beda dari eCommerce tradisional karena cenderung berfokus di pengalaman pesanan, seperti pengalaman pengiriman atau pengembalian. Seiring waktu, dia bisa jadi sumber saran dan rekomendasi terpercaya untuk komunitas pembeli.

Baca juga: Apa itu Sosial Media Marketing

4) Membership

Jenis yang terakhir ini menempatkan konsep bisnis pemasaran multi-level ke dalam belanja online. Untuk bisa punya akses ke produk dan layanan tertentu, orang harus membayar biaya membership.

Anggota dari membership itu juga bakalan dapat kompensasi kalo berhasil merekrut anggota baru dan menjual produk dan layanan yang disediakan oleh platform belanja itu.

Dengan social media, kita bisa melibatkan teman dan keluarga untuk ikut membantu kita dalam memilih apa yang mau kita belanjain. Selain itu kita juga bisa lebih menjangkau teman-teman media sosial kita untuk pemasaran, tanpa membuat mereka merasa terganggu seperti cara pemasaran via telepon.

Makanya teknologi social commerce ini bisa ngasih peluang baru buat konsumen ataupun pemilik merek.

Kesimpulan

Sosial media saat ini memang memasuki hampir setiap lapisan masyarakat. Ini sebenarnya adalah potensi pelaku bisnis untuk menjangkau calon pelanggan.

Seperti, berjualan di Marketplace Facebook. Kabar baiknya, siapa pun dapat dengan mudah untuk memulai. Anda dapat menjual apa pun kepada siapa pun, dan dimana pun, melalui media sosial. Anda hanya perlu belajar cara meningkatkan penjualan di Facebook, atau media sosial lain.

Yang Anda perlukan adalah, keberanian untuk memulai, konsisten dan memiliki tekad untuk belajar.

Semua memiliki kesempatan sukses, di era informasi ini.  

Total
0
Shares
Related Posts